InTrend – Film The Public bukan sekadar film tentang dingin. Film ini dirilis pada 5 April 2019 di Amerika Serikat. Emilio Esteves menyutradarai film ini sekaligus adalah penulis skenario film tentang dingin dan kebijakan publik ini.
Rupanya Emilio Esteves juga tak hanya berperan dalam posisi strategis sebuah produksi film itu. Emilio juga menjadi pemainutama dalam film itu. Beberapa aktor kawakan pun bermain bersamanya, seperti Alec Baldwin, Taylor Schilling, Jena Malone, Christian Slater, Jacob Vargas, Michael Kenneth Williams.
Film yang didistribusikan oleh Universal Studios menyajikan sebuah peristiwa penting di sebuah kota. Gambarannya antara lain seperti yang dituliskan John Steinback yang diujarkan Stuart Goodson dalam The Public.
”Ada kesedihan di sini, ketika menangis tak bisa disimbolkan. Dan di mata yang lapar, ada amarah yang berkembang”. John Steinbeck: The Wrath of Grapes via Stuart Goodson: The Public).
Narasi The Public
Apa yang dapat dimaknai dengan udara dingin yang membelit tubuh hingga ke dalam darah dan daging manusia? Apakah duka? Apakah kematian? Apakah manusia itu sendiri dengan segala realitas dan persoalan yang dihadapinya?
Barangkali beberapa pertanyaan itu akan mendekatkan kita ketika harus mencerna sebuah film besutan Emilio Estevez pada 2019 berjudul The Public.
Emilio, adik dari aktor Hollywood Charlie Sheen itu, tampak bersemangat untuk membuat sesiapa pun yang menonton filmnya ini agar berpikir keras tentang kehadiran dingin di tengah kehidupan manusia.
Dengan lentur dan saksama, The Public dibuka oleh landskap sebuah kota yang dingin di pagi hari. Kemudian tampak deretan orang-orang, para tunawisma, yang tengah menunggu di sekitaran sebuah perpustakaan publik milik pemerintah kota.
Mereka antre untuk masuk ke dalam perpustakaan itu. Tentu, bukan untuk membaca, tetapi lebih karena cuaca dingin, dan mereka ingin mendapatkan kehangatan di Main Library itu.
The Public menghadirkan dingin yang mengalirkan semangat perlawanan dari para tunawisma, mereka yang hidup di jalanan tanpa memiliki rumah, yang bisa jadi tak terlacak mesin pencari.
Para tunawisma ini terkepung cuaca dingin di jalanan sehingga mencari tempat alternatif untuk sekadar melewatkan hari dari kepungan dingin.
Maka, satu tempat yang bagi mereka sesuai dengan kebutuhan adalah perpustakaan kota. Di sana, mereka dapat membersihkan diri, mengisi pikiran dengan bacaan, hingga sekadar berbaring dan menghabiskan waktu luang.
Tetapi, nyatanya, perpustakaan yang merupakan publik area itu memiliki batas waktu, buka pagi dan tutup malam. Tak lebih.
Di sinilah letak persoalan muncul. Para tunawisma ini kemudian merasa cemas untuk keluar dari perpustakaan itu ketika malam dan suhu semakin dingin.
Di luar dingin, dan beberapa hari belakangan, beberapa kawan dari mereka, mati beku karena suhu dingin di bawah normal. Mereka pun bertahan dan berupaya menyeberangi rutinitas batas buka perpustakaan itu.
Mereka lantas berniat melawan jika terjadi pengusiran.
Bagi pemegang otoritas di dalam perpustakaan itu, Stuart Goodson (diperankan Emilio Estevez, yang juga sutradara), keputusan para tunawisma, yang dipimpin Jackson (diperankan Michael Kenneth Williams) membuatnya berada dalam dilema.
Ia yang merupakan pengawal perpustakaan itu harus membuat keputusan terkait keberadaan para tunawisma. Apakah dirinya harus mengusir mereka ke tengah cuaca dingin di luar sana ataukah membiarkan mereka tetap di dalam perpustakaan yang berarti melanggar batasan rutinitas di perpustakaan itu.
Penentuan pilihan yang tak mudah bagi Stuart. Mengingat, dirinya tengah bermasalah dengan hukum karena sebelumnya ia terlibat dalam tuntutan tunawisma yang diusirnya karena bau badan yang mengganggu pengunjung lain.
Pun, Stuart pernah merasakan hidup sebagai gelandangan. Ia pun kemudian melobi atasannya. Namun, atasannya tak dapat memberikan keputusan karena membiarkan para tunawisma di dalam perpustakaan saat batas waktu habis adalah melanggar peraturan kota.
Kata hati Stuart (juga suara hati sutradara Emilio Estevez) menempatkan pilihan pada sisi yang tepat. Ini adalah spiritualitas, kehidupan etis, benar dan salah.
Dan begitulah cerita ini dibangun. Stuart memilih membiarkan para tunawisma tetap di dalam perpustakaan dan ia pun menetapkan diri untuk tetap berada bersama mereka.
Persinggungan antarkepentingan tak dapat dihindari. Apalagi ketika muncul para pemegang otoritas lain, seperti polisi (Ramstead yang diperankan Alec Baldwin) dan jaksa yang juga calon walikota (Josh Davis yang diperankan Christian Slater).
Keduanya sama-sama menentang keberadaan tunawisma di dalam perpustakaan di luar jadwal semestinya. Konflik pun tak terhindarkan, dan otoritas akan tampak bertindak sama dengan segala bentuk kekuasaannya.
Emilio menuangkan gagasan dalam film itu layaknya pelukis realis yang mencoba menggali makna dari dingin, para tunawisma, dan sebuah perpustakaan. Terang, Emilio tak lalu kemudian mengungkap kaitan antara ketiga kata kunci itu dengan Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification (DDC) yang merupakan sebuah sistem klasifikasi di dalam perpustakaan.
Pun, jika mau menarik referensi tentang dingin dalam karya lain, novel Daerah Salju oleh Yasunari Kawabata misalnya, tak serupa dengan dingin yang ada di film The Public.
Yasunari membuat dingin yang membahagiakan, dalam, sekaligus hangat ketika Shimamura pergi melancong di awal Desember ketika salju sedang turun di sebuah pegunungan di Jepang.
Itu semacam dingin yang menuju hangat, tenang sekaligus dalam yang tercipta dalam sebuah perjalanan sunyi.
Yasunari tak tampak pada bacaan Stuart di The Public. Itu bukan soal, sebab John Steinbeck melalui karyanya The Wrath of Grapes, mewakilinya dengan suara melawan otoritas demi kepentingan publik yang tertindas. Dua atau tiga kali menonton film ini akan menyaringkan suara itu.
Tentang Film Tne Public
Rilis: 5 April 2019 (Amerika)
Sutradara: Emilio Estevez
Skenario: Emilio Estevez
Pemain: Emilio Estevez, Alec Baldwin, Taylor Schilling, Jena Malone, Christian Slater, Jacob Vargas, Michael Kenneth Williams
Didistribusikan oleh: Universal Studios. ***