INTREND Value

Pesan Hermawan Kartajaya Untuk Perusahaan di Era Serba High Tech

InTrend – Hermawan Kartajaya dalam Webinar Series GAME22: Adopting Humanity in Technology di Jakarta, 14 Juli 2022, memberikan pesan bagi perusahaan di tengah era serba High Tech. Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman M Corp sekaligus penulis buku Marketing 5.0, Best Business Book by Soundview, menuturkan pesan sarat nilai itu dalam seminar pemasaran tahunannya HK Webseries.

Dalam episode kali ini, webinar mengusung tema Adopting Humanity in Technology dan
dilaksanakan secara virtual oleh MarkPlus, Inc. Dihadiri lebih dari 1300 penonton secara virtual, Hermawan Kartajaya telah mengulas bagaimana di era yang serba high tech, sentuhan manusia (high touch) sangat diperlukan sebagai diferensiasi.

Hal ini banyak ditemui di era post-recovery dimana perusahaan atau institusi kembali mengadakan berbagai aktivitas offline untuk menghubungan kembali konektivitas nyata antara perusahaan dengan konsumen.

“Saya menyaksikan bagaimana Jakarta Fair menjadi yang tersukses tahun ini, hebat sepanjang sejarah. Siapa bilang semuanya harus on air, dengan off air, pengguna akan kangen,”kata Hermawan Kartajaya yang merupakan ekonom senior Tanah Air ini.

Meski di era disrupsi digital, sentuhan manusia dalam pemasaran memainkan peranan esensial. Misalnya Amazon, salah satu e-commerce paling besar yang saat ini justru membuka toko offline pertamanya di Amerika. Bagi Hermawan, hal ini merupakan wujud nyata kombinasi human-technology yang akan membantu perusahaan untuk lebih dicintai pelanggan.

Perhelatan ini dimulai dengan pembahasan fenomena-fenomena yang berada di puncak pemberitaan semester pertama tahun ini, mulai dari perang antara Rusia dan Ukraina, film Top Gun Maverick dan Jurassic Park Dominion, hingga makin kompetitifnya pendanaan bagi Startup yang saat ini terus menjamur.

1. Machine Consciousness

Perihal machine consciousness, Hermawan Kartajaya menyatakan penting bagi perusahaan untuk menyadari pentingnya menerapkan CIEL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership) dan PIPM (Productivity, Improvement, Professionalism, dan Management) untuk mengoperasikan mesin dan teknologi.

Seperti pada film Top Gun: Maverick, Hermawan menyatakan “Yang penting adalah pilotnya. Apabila pilotnya hebat meski mesinnya kalah bisa menang. Peranan human ini luar biasa, kalau hanya diajari memakai pesawat tapi tidak ada CIEL nya, maka tetap akan kalah menghadapi persaingan”.

2. Clash of The Titans: Rusia Ukraine

Pembacaan Hermawan Kartajaya, dampak dari perang Rusia dan Ukraina adalah timbulnya persaingan sengit antara China (east) dan Amerika (west). Dampak perdagangan internasional yang ditimbulkan oleh perang kedua negara ini terasa secara signifikan dari mata uang Euro dan Poundsterling yang hingga saat ini terus melemah.

“Real winner sudah nyata, China. Mengingat fakta bahwa China merupakan salah satu pemasok
barang dan jasa paling besar yang memasuki Indonesia, ini sangat berpengaruh pada marketing di
Indonesia.”, ujar Hermawan.

3. Maverick vc Dominion

Hermawan Kartajaya menyatakan bahwa dua film yang ramai diminati masyarakat pada semester pertama ini mengandung makna, “Manusia jangan mencoba menguasai nature seperti film Jurassic Dominion, hal ini sejalan dengan awareness Generation Z saat ini yang memiliki minat yang besar pada merek yang memperhatikan human dan nature.”, maka tak jarang ditemui kampanye merek-merek besar dengan tajuk sustainability atau environment friendly yang menargetkan segmen Gen Z.

Sementara dari film Maverick, Hermawan menilai meski penggunaan AI dari waktu ke waktu terus
meningkat, manusia harus dominan akan mesin.

“Masih banyak orang berpikir bahwa mesin itu bisa mengganti manusia. Justru ini yang berbahaya,”, imbuh Hermawan.

4. Winter is Coming

Hermawan Kartajaya menggunakan Winter is Coming sebagai analogi yang digunakan menggambarkan kondisi pasar saat ini,

“Market menjadi kering, hal ini terjadi di Eropa sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina sehingga harga gas akan naik, dalam suasana perang semuanya bisa terjadi.”, ujar Hermawan.

Salah satu bentuk implikasinya di Indonesia adalah meski dengan menjamurnya Startup early stage di Indonesia, saat ini investor justru lebih selektif.

“Saat ini investor ingin yang pasti-pasti, maka anak muda perintis Startup juga sepatutnya memahami bahwa untuk mendapatkan pendanaan, tidak semudah mengeluarkan ide atau solusi bisnis yang menarik saja,” ungkap Hermawan.

Hermawan juga menegaskan bagaimana saat ini perilaku konsumen berubah pada tiga hal, diantaranya kerinduan akan koneksi manusia, kembalinya human experience yang nyata, dan kepedulian terhadap bisnis yang human-sentris.

“Kalau anda menjalankan marketing, anda harus sadar bahwa konsumen sudah berubah. Jangan jadikan perusahaan anda survive saja, tapi juga win. Untuk memenangkan kompetisi, sadari bahwa konsumen sudah reform sebelum perusahaan anda berubah. Maka anda perlu merencanakan transformasi”, ujar Hermawan.

Selain itu, telah diulas pula berbagai kasus-kasus inspiratif perusahaan seputar manajemen loyalitas pelanggan di berbagai industri:

1. PRODUCTIVITY VS CREATIVITY:

Canva yang membolehkan konsumen semakin produktif karena pilihan template desain yang ada dan menyediakan jasa bagi desainer untuk membuat template-template baru sehingga memicu sisi kreatif orang-orang awam.

2. IMPROVEMENT VS INNOVATION:

Dengan teknologi electrifying agriculture, PLN mampu meningkatkan produktivitas petani di lahan. Selain itu, inovasi ini menjadikan petani lebih mengenal solusi baru dan modern di permasalahan agrikultur.

3. PROFESSIONALISM VS ENTREPRENEURSHIP:

Udemy, aplikasi penyedia kelas-kelas online yang membuat konsumennya lebih profesional di suatu bidang, di sisi lain juga menjadi platform yang memberikan kesempatan penggunanya menjadi pengajar dan mendapat penghasilan dari kelas-kelas yang dibimbing.

4. MANAGEMENT VS LEADERSHIP:

Dengan adanya layanan notifikasi pengguna secara berkala, Bibit aplikasi reksa dana yang membantu investor pemula berinvestasi juga membantu pengguna untuk merubah kebiasaan money management mereka. Bibit juga memberi saran alokasi saham berdasarkan profil penggunanya dengan kategorisasi modern hingga konservatif.

Melihat tren socio commerce sebagai salah satu saluran pemasaran yang kian dilirik masyarakat, Baby Anthonetha selaku Diaspora MarkPlus, Inc., yang tengah merintis F-Commerce, TikTok live streaming partner dihadirkan sebagai narasumber.

“Meski masih berada pada tahap awal, liveshopping telah menjadi the new way of retail, menawarkan pengalaman belanja baru yang dirasakan konsumen”, ujar Baby.

Melalui livestreaming, Baby menyatakan penting bagi streamer untuk menerapkan PIPM, tentunya agar konten yang dihasilkan dapat menarik pasar yang luas. TikTok Live juga membolehkan streamernya mengakses data seperti seberapa banyak orang yang mengklik produk, seberapa banyak average watch time nya, data ini bisa digunakan oleh perusahaan untuk pertimbangan pembuatan keputusan pemasaran.

Helat Hermawan Kartajaya Webinar Series akan kembali diadakan untuk Episode 3 pada 20 Oktober 2022 dengan tajuk Making The Strategic Moves, dan Episode 4 bertepatan dengan MarkPlus Conference 2023 pada 7-8 Desember 2022 di The Ritz Carlton, Pacific Place Jakarta dengan tajuk Ending The Recovery, Starting The Reform. ***

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button